Kumpulan Cerpen : Cinta Di Toko Buku - Cerpen Cinta
CINTA DI TOKO BUKU
Cerpen Karya Bunga Alfiena Darissalamah
Cerpen Karya Bunga Alfiena Darissalamah
“Hah? Pindah rumah? Berarti sekolah
baru dong Ma?” tanyaku kepada Mama yg sedang mengemas pakaian. “Iya, kita akan
tinggal di Bandung. Dan kamu akan sekolah di sekolah yang baru.” Jawab Mama.
“Yah Ma, nanti kalau di sekolah baru aku di bully gimana?” tanyaku kembali. “Ya
nggak lah! Kalau kamu baik sama mereka, mereka juga akan melakukan hal yang
sama.” Ujar Mama. “Terserah Mama deh” imbas ku.
Setibanya di rumah yang baru. “Ma?
Di dekat sini ada toko buku nggak?” tanyaku. “Ada kok, kamu tinggal jalan kaki
100m aja, terus nyebrang.” Jawab Mama. “Kalo gitu, aku mau ke toko buku dulu
Ma. Assalammualaikum” kataku. “Waalaikumsalam” jawab balik Mama.
Di toko buku, aku melihat semua buku yang ceritanya sangat menarik. Aku pun mengambil buku itu. Ketika buku itu akan ku bawa ke kasir. Seorang pria menarik buku itu. “Hey, buku itu akan ku beli.” Kata Pria. “Enak aja, yang lihat pertama kali kan aku” jawabku. “aku duluan” jawab Pria “aku! aku! aku!” jawab balikku.
Di toko buku, aku melihat semua buku yang ceritanya sangat menarik. Aku pun mengambil buku itu. Ketika buku itu akan ku bawa ke kasir. Seorang pria menarik buku itu. “Hey, buku itu akan ku beli.” Kata Pria. “Enak aja, yang lihat pertama kali kan aku” jawabku. “aku duluan” jawab Pria “aku! aku! aku!” jawab balikku.
Tak lama, pemilik toko datang dan
berkata “Ada apa kalian ini? Jangan buat onar disini!” “Maaf, pak. Laki-laki
ini menarik buku yang akan ku beli. Dia bilang aku yang akan membelinya
terlebih dahulu. Sementara bukunya kan aku yang pilih duluan” jawabku pada
pemilik toko. “Dia bohong Pak, aku yang memilihnya terlebih dahulu. Tapi, aku
tadi pergi ke rak buku lain untuk mencari buku yang lain. Jadi buku ini tetap
ku letakkan di tempat yang semula. Ketika aku kembali, buku itu telah berada
ditangannya.” Jawab Pria. “Sudah, nggak usah ribut. Gimana kalo bukunya kita
lelang aja? Tawaran pertama 30.000” kata pemilik toko.
“32.000” Kata pria. “35.000” jawabku. “40.000” jawab pria kembali. Dan seterusnya hingga tawaran mencapai 55.000. Tiba-tiba, dari belakang terdengar suara “75.000 pak” jawab pria lain. “Loh, kamu siapa? Kok ikut-ikutan?” tanyaku. “Ayo? 75.000? ada yang lebih tinggi. Kalo nggak ada, buku ini jadi milik anak laki-laki di belakang itu.” Kata pemilik toko. Aku dan pria disampingku tak berani menawar harga lebih tinggi lagi. Aku pun segera pergi dari toko itu.
“32.000” Kata pria. “35.000” jawabku. “40.000” jawab pria kembali. Dan seterusnya hingga tawaran mencapai 55.000. Tiba-tiba, dari belakang terdengar suara “75.000 pak” jawab pria lain. “Loh, kamu siapa? Kok ikut-ikutan?” tanyaku. “Ayo? 75.000? ada yang lebih tinggi. Kalo nggak ada, buku ini jadi milik anak laki-laki di belakang itu.” Kata pemilik toko. Aku dan pria disampingku tak berani menawar harga lebih tinggi lagi. Aku pun segera pergi dari toko itu.
Diluar, aku bertemu pria yang
berhasil membeli buku itu. “Hey, kenalkan, namaku Ray. Siapa namamu?” kata Ray.
“Namaku Thefany.” Jawabku. “Anak baru ya disini? Belum pernah liat sebelumnya.”
tanya Ray “Iya” jawabku kembali. “Oh, sekolah dimana?” tanya Ray kembali. “Kata
Mamaku sih, besok aku akan mulai sekolah di SMA Tunas Bangsa kelas 10” ujarku.
“Haha, aku juga sekolah disitu. Oke, sampai besok ya di sekolah. Aku tunggu
kamu di depan pintu gerbang. Ini buku untukmu.” Kata Ray dengan memberikan buku
yang gagal ku beli dan segera meninggalkanku. “Untukku?” kataku. Namun Ray tak
menjawab pertanyaanku lagi, karena ia sudah jauh. “Terim kasih” teriakku.
Saat aku sampai di sekolah. Ray
benar-benar menungguku di depan gerbang sekolah. “Selamat pagi Thefany? Mari
akan ku ajak kau berkeliling sekolah ini.” Kata Ray dengan penuh senyum. “Pagi
Ray. Terima kasih” jawabku. Aku diajaknya berkeliling sekolah. “Sekolah ini
bagus. Dimana perpustakaannya?” tanyaku. “Oh, perpustakaan, itu disana.” Kata
Ray dengan jari yang menunjuk ke arah perpustakaan. Setelah selesai melihat
perpustakaan. Aku menuju ke kelasku. Dan ternyata aku sekelas dengan Ray.
Bel istirahat berbunyi, aku menuju
ke kantin. Dan lagi-lagi diantar Ray. “Ini kantinnya, disini kau bisa memilih
banyak makanan” kata Ray. Batinku “Baru kali ini aku bertemu seorang lelaki
yang baik
“Gimana sekolahnya?” tanya Mama
sedikit khawatir karena ia mengira bahwa aku tak tahan dengan sekolah yang baru
ini. “Enak kok Ma.” Kataku menuju tangga. “Udah punya teman? Siapa namanya?”
tanya Mama kembali “Udah punya Ma, namanya Ray. Anaknya baik banget” teriakku
karena sedang naik ke atas dengan tangga. Mamaku tersenyum simpul.
Ada pesan masuk di handphone ku.
“Nanti sore, aku tunggu kamu di toko buku biasanya. Jangan sampe nggak dateng
ya.” Isi pesan Ray. Sebelum aku pergi ke toko buku. Aku mengerjakan PR yang
diberikan oleh Pak Juki. Setelah selesai, barulah aku pergi ke toko buku.
Tepatnya pukul 16.30
Ray telah menungguku di depan toko
buku. Dengan menggunakan kemeja rapi. “Bukankah kemarin kita telah pergi ke
toko buku ini?” tanyaku pada Ray. “Tidak, aku tidak mengajakmu untuk ke toko
buku ini. Tapi aku akan mengajakmu berkeliling menyusuri kota Bandung. Dan
mengajakmu ke toko buku yang lebih lengkap dan indah untukmu. Baiklah, ayo naik
motorku” jawabnya aku pun di ajaknya berkeling-keliling kota Bandung. Sampai
akhirnya, kami tiba disebuah toko buku yang sangat luas. Dan membeli beberapa
buku yang kuinginkan.
Karena sudah lelah dan malam, Ray
mengantarkanku pulang. “Sampai besok ya Thefany.” Kata Ray. “Iya, terima kasih
atas hari ini Ray.” Kataku. “Ya, aku pulang ya. Assalammualaikum” katanya dan
meninggalkanku “Waalaikumsalam” jawabku dengan segera masuk menutup pintu
pagar. Di dalam, “Dari mana Thefany?” tanya Papa. “Dari toko buku buku yang
lebih lengkap dari toko buku yang di sebrang jalan” jawabku. “Pasti sama Ray?”
tanya Mama. “Iya, Ma. Kalo bukam Ray, siapa lagi?” jawabku menuju kamar.
“Ray, pulang sekolah nanti, temenin
aku ke toko buku yang kemarin yuk? Ada buku yang ingin ku beli” pintaku pada
Ray. “Boleh, sekaligus ada yang ingin ku katakan padamu.” Jawab Ray. Setelah
jam sekolah selesai, aku dan Ray pergi dengan motor ke toko buku.
Di toko buku. “Ray, kamu mau beli buku apa?” tanyaku. “Nggak, aku nggak mau beli buku. Aku cuma mau temenin kamu doang. Ya udah, kamu pilih-pilih aja dulu bukunya. Aku tunggu di disini ya.” Jawab Ray dan menunggu di sebuah kursi.
Di toko buku. “Ray, kamu mau beli buku apa?” tanyaku. “Nggak, aku nggak mau beli buku. Aku cuma mau temenin kamu doang. Ya udah, kamu pilih-pilih aja dulu bukunya. Aku tunggu di disini ya.” Jawab Ray dan menunggu di sebuah kursi.
Selang beberapa menit. “Ray, ayo
pulang. Bukunya udah dapet. Terima kasih ya, udah mau nemenin aku” kataku pada
Ray. “Iya, sama-sama. Pulangnya nanti ya, sebentar lagi. Ada yang mau aku
omongin sama kamu. Duduk dulu.” Kata Ray. “Oh, ya udah omongin aja.” Kataku
dengan senyum. “Sebenernya, aku suka sama kamu.” Kata Ray. Aku terdiam. “Kamu
mau nggak jadi pacar aku?” tawar Ray. “Tapi, bukannya kita baru kenal beberapa
hari?” tanya balikku. “Bukankah cinta tak mengenal waktu? Tanya Ray kembali.
Batinku “Aku nggak tega jika harus menolak Ray, dia terlalu baik padaku.
Sepertinya aku juga mencintainya” “Baiklah, aku terima” kataku.
Siang itu, adalah siang yang yang
paling indah bagiku. Aku dan Ray pun pulang pukul 15.00. Setibanya dirumahku.
“Thefany, makasih kamu sudah mau menerima cintaku. Aku janji, aku akan
bahagiakanmu. Aku akan menjagamu. Aku akan selalu mencintaimu” kata Ray. “Ya,
aku pun akan melakukan hal yang sama, seperti apa yang kau katakan tadi.”
Jawabku. “Aku pulang dulu. Assalamualaikum” kata Ray. “Waalaikumsalam” jawabku.
Berbulan-bulan aku menjalani hidup
yang indah bersama Ray. Semua itu terasa sangat indah, dia bener-bener cinta
sama aku. Semua ku yang kulakukan selalu bersamanya. Mulai dari berangkat ke
sekolah, ke toko buku, semua kami lakukan bersama.
Tak terasa, aku telah lulus SMA,
begitu juga Ray. Syukur, hati ini masih mencintai Ray, dan Ray pun sama. 3
tahun kami bersama, menghabiskan waktu berdua. Dan sekarang, kami memilih
universitas yang sama, yaitu ITB. Dan memilih jurusan yang sama , yaitu
arsitektur.
Setelah beberapa tahun kuliah, kami lulus dengan nilai yang baik. Mama dan Papaku bangga dengan nilaiku. Keluargaku dan keluarga Ray, sepakat untuk mengadakan pernikahanku dan Ray bulan depan. Kami pun menerima kesepakatan itu.
Setelah beberapa tahun kuliah, kami lulus dengan nilai yang baik. Mama dan Papaku bangga dengan nilaiku. Keluargaku dan keluarga Ray, sepakat untuk mengadakan pernikahanku dan Ray bulan depan. Kami pun menerima kesepakatan itu.
Beberapa bulan setelah menikah, Ray
mengalami kecelakaan saat pulang kerja. Kecelakaan itu membuat dirinya harus
dirawat di rumah sakit, karena dia mengalami masa kritis. Aku sedih dengan keadaan
ini. Aku tak cukup hati untuk menerima cobaan ini.
“Thefany?” panggil Ray dengan keadaan kritis. “Ya!” jawabku. “Mungkin jika aku pergi, tak ada yang bisa mengantarmu ke toko buku lagi. Sebab itu aku merancang sebuah bangunan yang akan ku jadikan sebuah toko buku. Ini hasil rancanganku. ” kata Ray dengan memberikan secarik kertas. Aku terdiam. “Kau harus melanjutkan pembangunan ini! kau harus mengembangkan hobimu membaca dengan membangun sebuah toko buku sendiri! Maaf, jika aku tak bisa menemanimu lagi. Tapi setidaknya kau akan memiliki toko buku sendiri. Kau harus menjalankan niatku ini. Buktikan cintamu padaku!” setelah mengatakan banyak hal tersebut, Ray meninggalkanku untuk selama-lamanya. Aku berjanji, akan menjalankan permintaanmu ini!
“Thefany?” panggil Ray dengan keadaan kritis. “Ya!” jawabku. “Mungkin jika aku pergi, tak ada yang bisa mengantarmu ke toko buku lagi. Sebab itu aku merancang sebuah bangunan yang akan ku jadikan sebuah toko buku. Ini hasil rancanganku. ” kata Ray dengan memberikan secarik kertas. Aku terdiam. “Kau harus melanjutkan pembangunan ini! kau harus mengembangkan hobimu membaca dengan membangun sebuah toko buku sendiri! Maaf, jika aku tak bisa menemanimu lagi. Tapi setidaknya kau akan memiliki toko buku sendiri. Kau harus menjalankan niatku ini. Buktikan cintamu padaku!” setelah mengatakan banyak hal tersebut, Ray meninggalkanku untuk selama-lamanya. Aku berjanji, akan menjalankan permintaanmu ini!
5 tahun kemudian, usaha toko bukuku
ini sukses. Pengunjung sangat ramai dan puas dengan pelayanan kami. Saat ini
aku tengah membangun cabang baru di Palembang, setelah Jakarta, Yogya, dan
Makassar. Ray, ini bukti cintaku padamu. Ku harap kau puas dengan kesuksesanku
ini. Hingga kau dapat tersenyum lebar disana..
Semoga Bermanfaat Dan Kunjungi Kata Kata
Lainnya Di Kata
Bijak Inspirasi
0 Response to "Kumpulan Cerpen : Cinta Di Toko Buku - Cerpen Cinta"
Post a Comment